Minggu, 04 Januari 2015

Jenis Hujan berdasarkan Proses Terbentuknya

Jenis hujan berdasarkan proses terbentuknya, antara lain
1. Hujan Orografis. Peranan topografi terhadap
terjadinya hujan amat besar. Angin yang banyak
membawa uap air
ketika melewati gunung atau
pegunungan, mendaki lereng dan makin tinggi
udara bergerak ke atas, maka udara tersebut
semakin dingin sehingga uap air yang dibawanya
mengalami pengembunan atau kondensasi dan
berubah menjadi titik-titik air yang membentuk
awan. Pembentukan titik-titik air yang semakin
banyak akhirnya menimbulkan hujan pada lereng
yang menghadap ke arah datangnya angin
tersebut. Angin akan bertiup terus melewati
puncak dan menuruni lereng, akan tetapi angin
ini tidak lagi membawa uap air, sehingga di
lereng yang membelakangi arah datangnya angin
tidak turun hujan. Lereng yang membelakangi
arah angin tersebut dinamai daerah bayangan
hujan.
2. Hujan Konveksi. Hujan konveksi (zenith)
terjadi pada siang hari sehingga disebut hujan
tengah hari. Pada siang hari ketika udara cerah,
terjadi pemanasan yang tinggi terhadap
permukaan bumi. Akibatnya, udara mengembang
dan bersama-sama uap air naik secara vertikal
ke atas dan proses ini berlangsung sangat
cepat. Uap air yang naik ke atas mengalami
pendinginan dan berubah menjadi titik-titik air
(pengembunan) yang mengakibatkan turunnya
hujan. Hujan konveksi biasanya sangat lebat,
tetapi berlangsung hanya sebentar dan meliputi
wilayah yang sempit.
3. Hujan Frontal. Front merupakan permukaan
yang membatasi dua massa udara yang berbeda
temperaturnya satu sama lain. Hujan frontal
terjadi berwal dari udara yang lebih hangat
menjadi lebih ringan dan cenderung berada di
atas udara yang lebih dingin. Udara dingin
mengangkat udara yang lebih hangat. Udara
yang lebih hangat terangkat kemudian
mengembang dan mendingin. Dalam proses
pendinginan akan terbentuk titik-titik air, yaitu
awan. Setelah titik-titik air itu mengalami
kejenuhan, akhirnya jatuh dan terjadilah hujan
frontal. Pada umumnya hujan frontal terjadi di
daerah lintang sedang di mana udara bergerak
dan daerah bertekanan tinggi (kutub) bertemu
dengan udara dari zona tekanan rendah, yaitu
dan daerah sub tropis.
4. Hujan Buatan. Perkembangan teknologi di
bidang meteorologi, telah memberikan
kemampuan kepada manusia untuk membuat
hujan buatan. Hujan buatan dilakukan dengan
cara menaburkan bahan kimia berupa Argentium
lodida atau bahan pendingin seperti es kering ke
dalam awan untuk mempercepat proses
pembentukan awan. Hujan buatan sering
dilakukan pada musim kemarau panjang atau
pada kebakaran hutan yang luas, seperti
kebakaran hutan yang pernah terjadi di
Indonesia pada tahun 1997 yang asapnya
menyebar sampai ke negara tetangga.
 

Tidak ada komentar: