Selasa, 01 April 2014

Sungai di Bawah Laut : Halocline (dinding)

Fenomena sungai di bawah laut merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bahkan para ilmuwan telah mengungkapkan sejumlah teori untuk menjelaskan fenomena tersebut.
Beberapa istilah yang menyertai teori para ilmuwan dalam mengungkap fenomena sungai di bawah tanah antara lain Cenote, Angelita dan Halocline.


Cenote Angelita merupakan sebuah istilah yang disebut oleh para ilmuwan sebagai penamaan untuk fenomena cenote yang menghadap ke laut Karibia dan berjarak  sekitar 12 Km dari pesisir Laut Karibia, berada sekitar 17 Km disebelah selatan kota Talum, di pantai timur semenanjung Yukatan, Meksiko. Cenote Angelita terletak pada hutan tropis yang banyak ditumbuhi semak-semak merambat,  epifit (bromeliads), angrek, dan bunga tillandisias, palm, copal (kemenyan) dan ficus, sedangkan binatang yang ditemukan di hutan ini terdiri dari jaguar, tejons (coati), peccaries, tapir, dan sejenis rusa kecil. Pemakaian istilah Cenote ini digunakan juga di Australia dan Cuba untuk lubang-lubang vertikal (sinkhole) yang terbentuk di kawasan karst. Gambar 2 memperlihatkan mulut atau lubang cenote akibat runtuhnya atap goa gamping sehingga membentuk lubang dengan diameter yang tergantung dari aktifitas runtuhan dinding goa. Lubang cenot ini banyak dijumpai di semenanjung Yukatan dengan jumlah lebih dari 2.500 cenote.
Cenote Angelita inilah yang menyimpan fenomena sungai bawah laut yang ramai diperbincangkan. Ada yang mengatakan, fenomena tesebut bukanlah sungai di bawah laut, karena keberadaannya ada di dalam gua Cenote Angelita yang berada di hutan tropis. Sementara itu, lapisan yang memisahkan antara dua bagian perairan yang menjadikannya terlihat seolah seperti sungai di bawah laut adalah lapisan halocline. Lapisan halocline berada di bawah lapisan keruh yang hamper tidak bisa ditembus oleh sinar matahari. Lapisan haloklin (halocline) ini menyerupai kabut atau awan berbentuk cair yang mengandung hidrogen sulfida (bukan dalam bentuk gas). Namun, hingga kini, belum ada laporan yang menyebutkan bahwa ada penyelam yang mengalami gangguan keracunan atau kecelakaan oleh lapisan ini. Di bawah lapisan ditemukan kembali air asin yang bertemperatur lebih hangat sekitar 2oC dari pada lapisan diatas haloklin ini.
Namun, ada juga ilmuwan yang mengatakan, perairan tersebut merupakan perairan di bawah laut, yang berada di dekat gua. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Anatoly Beloschin, seorang fotografer Rusia

 “We are 30 meters deep, fresh water, then 60 meters deep – salty water and under me I see a river, island and fallen leaves..” (Pada kedalaman 30 meter, air tawar, lalu pada kedalaman 60 meter air asin, dan di bawah, saya melihat sebuah sungai, pulau dan serakan daun-daun yang jatuh). Hal ini sebagaimana yang dipublikasikan oleh situsmgi.esdm.go.id yang ditulis oleh, M. Salahuddin (penyelidik bumi PPPGL), “Artikel Puslitbang Geologi Kelautan: Subaktian Lubis (scuba diver POSSI Jawa Barat).”

Lapisan halocline ini menjadi penguat fakta dan teori sains bahwa ketika air tawar bertemu dengan air asin tidak langsung bercampur karena tergantung dari perbedaan densitas dari mineral yang terlarut dan temperatur antara kedua lapisan air tersebut. Arah sistem aliran air tawar adalah dari darat ke laut sedangkan aliran air asin mengalir dari laut Karibia ke daratan karena umumnya cenote ini letaknya berdekatan dengan laut.

Keunikan yang terjadi pada proses terbentuknya haloklin adalah bahwa air tawar ternyata tidak langsung bercampur dengan air asin tetapi dibatasi oleh lapisan pemisah yang disebut haloklin (halocline). Haloklin dalam istilah Oceanografi berarti suatu lapisan di dalam laut di mana kadar garam (salinitas) berubah dengan cepat terhadap perubahan kedalaman laut. Perubahan kadar garam ini akan mempengaruhi densitas air sehingga lapisan ini kemudian berfungsi sebagai dinding pemisah antara air asin dan air tawar. Adalah sesuatu yang menakjubkan jika dapat melihat efek difraksi dari atas atau bawah lapisan haloklin, karena akan tampak pancaran sinar multi warna yang menakjubkan, seolah-olah sinar direfraksikan oleh medium lainnya.

Terlepas dari apa yang sedang diteliti oleh para ilmuwan untuk menemukan akurasi teori mengenai fenomena tersebut, mari kita tilik kebenaran ayat Al Qur’an yang telah diturunkan pada beberapa puluhan abad silam.
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
 “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan…” Artinya: Dia (Alloh) biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak bisa ditembus.”(Ar Rahmaan 19-20)
Batas yang tidak bisa ditembus itulah yang kini disebut sebagai lapisan halocline.
Ayat inilah yang menjadikan hidayah bagi Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis, seorang yang hobi menyelam, ketika ia berada dalam kebingungan setelah melihat fenomena sungai di bawah laut.
Nah, sekarang giliran Anda untuk membuktikannya. Silahkan Anda mengunjungi  Cenote Angelita, Mexico. Disana ada sebuah gua. Jika anda menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun daunan.

Tidak ada komentar: