Beberapa istilah yang menyertai
teori para ilmuwan dalam mengungkap fenomena sungai di bawah tanah antara lain
Cenote, Angelita dan Halocline.
Cenote Angelita merupakan sebuah
istilah yang disebut oleh para ilmuwan sebagai penamaan untuk fenomena cenote yang
menghadap ke laut Karibia dan berjarak sekitar 12 Km dari pesisir Laut
Karibia, berada sekitar 17 Km disebelah selatan kota Talum, di pantai timur
semenanjung Yukatan, Meksiko. Cenote Angelita terletak pada hutan tropis yang
banyak ditumbuhi semak-semak merambat, epifit (bromeliads), angrek, dan
bunga tillandisias, palm, copal (kemenyan) dan ficus, sedangkan binatang yang
ditemukan di hutan ini terdiri dari jaguar, tejons (coati), peccaries, tapir,
dan sejenis rusa kecil. Pemakaian istilah Cenote ini digunakan juga di
Australia dan Cuba untuk lubang-lubang vertikal (sinkhole) yang terbentuk di
kawasan karst. Gambar 2 memperlihatkan mulut atau lubang cenote akibat
runtuhnya atap goa gamping sehingga membentuk lubang dengan diameter yang
tergantung dari aktifitas runtuhan dinding goa. Lubang cenot ini banyak
dijumpai di semenanjung Yukatan dengan jumlah lebih dari 2.500 cenote.
Cenote Angelita inilah yang
menyimpan fenomena sungai bawah laut yang ramai diperbincangkan. Ada yang
mengatakan, fenomena tesebut bukanlah sungai di bawah laut, karena
keberadaannya ada di dalam gua Cenote Angelita yang berada di hutan tropis. Sementara
itu, lapisan yang memisahkan antara dua bagian perairan yang menjadikannya
terlihat seolah seperti sungai di bawah laut adalah lapisan halocline. Lapisan
halocline berada di bawah lapisan keruh yang hamper tidak bisa ditembus oleh
sinar matahari. Lapisan haloklin (halocline) ini menyerupai kabut atau awan
berbentuk cair yang mengandung hidrogen sulfida (bukan dalam bentuk gas).
Namun, hingga kini, belum ada laporan yang menyebutkan bahwa ada penyelam yang
mengalami gangguan keracunan atau kecelakaan oleh lapisan ini. Di bawah lapisan
ditemukan kembali air asin yang bertemperatur lebih hangat sekitar 2oC
dari pada lapisan diatas haloklin ini.
Namun, ada juga ilmuwan yang
mengatakan, perairan tersebut merupakan perairan di bawah laut, yang berada di
dekat gua. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Anatoly Beloschin, seorang
fotografer Rusia
“We are 30 meters deep,
fresh water, then 60 meters deep – salty water and under me I see a river,
island and fallen leaves..” (Pada kedalaman 30 meter, air tawar, lalu pada
kedalaman 60 meter air asin, dan di bawah, saya melihat sebuah sungai, pulau
dan serakan daun-daun yang jatuh). Hal ini sebagaimana yang dipublikasikan oleh situsmgi.esdm.go.id yang
ditulis oleh, M. Salahuddin (penyelidik bumi PPPGL), “Artikel Puslitbang Geologi Kelautan: Subaktian Lubis (scuba
diver POSSI Jawa Barat).”
Lapisan halocline ini menjadi
penguat fakta dan teori sains bahwa ketika air tawar bertemu dengan air asin
tidak langsung bercampur karena tergantung dari perbedaan densitas dari mineral
yang terlarut dan temperatur antara kedua lapisan air tersebut. Arah sistem aliran
air tawar adalah dari darat ke laut sedangkan aliran air asin mengalir dari
laut Karibia ke daratan karena umumnya cenote ini letaknya berdekatan dengan
laut.
Keunikan yang terjadi pada proses
terbentuknya haloklin adalah bahwa air tawar ternyata tidak langsung bercampur
dengan air asin tetapi dibatasi oleh lapisan pemisah yang disebut haloklin
(halocline). Haloklin dalam istilah Oceanografi berarti suatu lapisan di dalam
laut di mana kadar garam (salinitas) berubah dengan cepat terhadap perubahan kedalaman
laut. Perubahan kadar garam ini akan mempengaruhi densitas air sehingga lapisan
ini kemudian berfungsi sebagai dinding pemisah antara air asin dan air tawar.
Adalah sesuatu yang menakjubkan jika dapat melihat efek difraksi dari atas atau
bawah lapisan haloklin, karena akan tampak pancaran sinar multi warna yang
menakjubkan, seolah-olah sinar direfraksikan oleh medium lainnya.
Terlepas dari apa yang sedang
diteliti oleh para ilmuwan untuk menemukan akurasi teori mengenai fenomena
tersebut, mari kita tilik kebenaran ayat Al Qur’an yang telah diturunkan pada beberapa
puluhan abad silam.
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir
(berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia
jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
“Marajal
bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan…” Artinya:
“Dia
(Alloh) biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak
bisa ditembus.”(Ar Rahmaan 19-20)
Batas yang tidak bisa ditembus itulah yang kini
disebut sebagai lapisan halocline.
Ayat inilah yang menjadikan hidayah bagi Jacques
Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari
Perancis, seorang yang hobi menyelam, ketika ia berada dalam kebingungan
setelah melihat fenomena sungai di bawah laut.
Nah, sekarang giliran Anda untuk membuktikannya.
Silahkan Anda mengunjungi Cenote Angelita, Mexico. Disana ada sebuah gua.
Jika anda menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun
jika anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air
asin, lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon
dan daun daunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar